Posting Terbaru

Sabtu, 23 Februari 2013

Zikir Dalam Kehidupan


 
A.    Karena Zikir Perintah Allah
-         فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُون (البقرة:152)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

B.      Ada dua jenis zikir
-          Zikir lisan
-         Dengan banyak membaca al-Quran
-     أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (محمد: 24)
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

-          Dengan wirid-wirid matsurat
-     كلمتان خفيفتان على اللسان ، ثقيلتان في الميزان ، حبيبتان إلى الرحمان : سبحان الله وبحمده ، سبحان الله العظيم

-          Zikir totalitas dalam paduan hati dan akal
Mengingat Allah dalam segala keadaan

C.      Ancaman bagi orang yang tidak mau berzikir
-          Kehidupan yang sempit di dunia
-          Akan dibangkitkan dalam keadaan buta
-      وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى .قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (طه : 126)
Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".

D.     Zikir akan memberikan ketenangan hati
-       الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد: 28)
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Read more

Tuhan Itu Hanya Satu




Islam adalah agama samawi yang terakhir diturunkan Allah swt kepada ummat manusia. Kedudukannya sebagai agama terakhir, Islam hadir menyempurnakan ajaran agama-agama samawi yang telah dibawah oleh rasul-rasul Allah sebelumnya. Kesempurnaan ajaran Islam terletak pada aspek pelaksanaan syariatnya yang bersifat universal, komprehensif dan integral. Shalihun fi kulli zaman wa makan (berlaku di setiap waktu dan tempat) hingga akhir zaman. Adapun ushul (prinsip) utama ajaran Islam adalah sama dengan seluruh agama samawi sebelumnya. Prinsip itu adalah keyakinan (aqidah) tauhid. ia bersifat tsabat, qat’i,  dan berkembang sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw.
            Syariat Islam bersandar kepada al-Quran dan al-Sunnah. Keduanya merupakan referensi utama yang absholut. Al-Quran yang memuat firman Allah adalah satu-satunya kitab yang menyatakan dirinya sebagai kitab yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya. Kitab penuntun menuju kesalamatan dunia dan akhirat. Sedangkan al-Sunnah merupakan sabda lisan dan perbuatan Nabi saw. Al-Sunnah berposisi sebagai penafsir, penjelas, penta’kid, dan penguat al-Quran. Oleh karena itu keduanya memiliki interelasi kuat dan permanen yang sama sekali tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Termasuk ketika berbicara tentang Tuhan.

Tuhan Dalam Al-Quran
Ketika berbicara tentang Tuhan, Al-Quran menyebutkan dengan tiga kata inti; rabb, ilah, dan Allah.
Kata rabb kata benda tunggal (isim mufrad) yang mempunyai isim jama’ (plural); arbab. Perhatikan Q.S>. Ali Imran : 80
وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya : Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan Para Nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) Dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?".
Demikian juga kata ilah adalah kata benda tunggal dan jama’nya a>liha. Perhatikan Q.S. Al-An’am : 74
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya : Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kata ilah dan rabb dalam al-Quran memiliki makna ganda yang bukan hanya berarti Allah. Penggunaan kata rabb dan ilah dengan makna selain Allah menunjukkan bahwa ada tuhan lain selain Allah.. Seperti mempertuhankan patung, api, jin, batu dan lain-lain.
Al-Quran memberitakan hal tersebut merupakan pengungkapan tabiat dasar manusia yang selalu mencari tuhan dan menuhankan sesuatu.  Manusia memiliki garizah al-tadayyun (naluri kebertuhanan), sebabnya setiap manusia pasti mengagungkan sesuatu yang Yaitu tuhan-tuhan yang sengaja dijadikan manusia sebagai sembahannya kemudian ia agungkan dan ia puja dianggapnya memiliki kekuatan penentu terhadap eksitensi hidup dirinya, lalu ia memuja dan menyembahnya.
Jika al-Quran memberitakan bahwa ada tuhan selain Allah, namun bukan berarti memberikan pengakuan, dan legitimasi positif terhadap tuhan-tuhan tersebut. Sebaliknya manusia diperingatkan dengan keras untuk tidak menyembah tuhan selain Tuhan Yang Maha atas segala sesuatu. Karena jika ada tuhan lain yang memiliki kemahakuasaan dan maha berkehendak, maka pastilah sistem kehidupan ini tidak akan berjalan normal dan mengalami kehancuran. Sebab itu secara logika aksiomatik, Tuhan itu wajib hanya satu. Sebagaimana dalam Q.S. al-Anbiya : 22
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ  
Artinya : Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Kata ilah secara secara leksikografis dapat dirumuskan sebagai berikut ;  
1. Ilah yang artinya merasa tenang dan damai dengannya (alihtu ila fulan)
2. Pertolongan
3. Datang kepadanya karena sangat rindu
4. Mencintai
5. Abada (menyembah)
6. terlindung dari pandangan.
            Dari enam makna ilah di atas apabila diformulasikan kepada kalimat la ilaha illa Allah, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada yang diseruh memberi ketenangan, tidak ada pemberi pertolongan, tidak ada yang dicintai, tidak ada disembah (ma’bud) selain Allah. Sesungguhnya Allah dengan  ilahNya berkorelasi dengan hakekat ketenangan jiwa, hakekat pertolongan, cinta yang mulia, serta ibadah yang dilaksanakan.  
1.      Pemberi ketenangan. Q.S. Al-Ra’d : 28
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
2.      Pemberi pertolongan. Q.S>. al-Jin : 18
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
3.      Yang dicintai. Q.S. al-Baqarah : 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
4.      Yang disembah.  Q.S>. al-Zumar : 64
  قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ
berasal dari kata uluhiyah maknanya ibadah dan penyembahan. Artinya Tuhan adalah ilah yang disembah. Kedua, dari kata alaha, mengherankan dan menakjubkan. Artinya makhluk akan takjub terhadap ciptaan Tuhan. Ketiga, dari kata aliha yang bermakna tenang. Artinya orang yang dekat dengan Tuhan akan merasakan ketenangan.

Tidak Ada Tuhan Selain Allah
La ilaha illah Allah (tiada Tuhan selain Allah) adalah kalimat tauhid yang dibawa seluruh Nabi dan Rasul. Kalimat yang merupakan inti dan kunci segala sesuatu.  keseluruhan ajaran Islam berawal dan berakhir dari kalimat ini. Kalimat yang menjadi rukun Islam pertama, dan yang menandai keislaman seseorang. Kalimat pertama yang harus diperdengarkan kepada bayi yang baru lahir, dan yang akan meninggal dunia.  
            La ilaha illah Allah (tiada Tuhan selain Allah) merupakan kalimat pembuktian kekokohan iman dan keyakinan akan Tuhan yang satu. Hanya kepada-Nya hamba menyembah, hanya kepada-Nya hamba memohon pertolongan. Kalimat la ilaha illa Allah, tidak sebatas ungkapan bibir, dan ucapan lisan, tetapi keyakinan kokoh yang terbangun di atas tiga dimensi sinergitas antara pembenaran hati, ucapan lisan dan perbuatan fisik.
            La ilaha illah Allah (tiada Tuhan selain Allah), adalah kalimat sempurna dan termulia. Tidak ada satu pun celah untuk menafikan keesaan Allah, dan tidak ada satu peluang untuk meragukan keMaha Tunggalan-Nya. Allah swt tidak pernah memberi toleransi kepada hamba-Nya, yang membesitkan kata ragu dalam hatinya, apalagi membangun keraguan itu dalam kata dan perbuatannya. Perhatikan Q.S. Al-Nisa : 48
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Implementasi Ketauhidan Dalam Kehidupan
1. Ketauhidan Tuhan dalam Ibadah. Q.S. Thaha : 14
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
2. Ketauhidan Tuhan dalam istianah (memohon pertolongan). Q.S. Al-Fatihah : 4
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
3. Ketauhidan Tuhan dalam zikir dan do’a\. Q.S. Ghafir : 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
4. Ketauhidan Tuhan dalam penyerahan diri (Qan’ah dan tawakkal). Q.S. Al-An’am : 163
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
                Maka bersaksilah bahwa Tuhan itu (wajib) hanya satu. Bersaksilah dengan melihat, menyadari, bersaksi dan bersumpah bahwa Tuhan itu hanya satu, Tuhan hanya Allah swt Yang Maha Satu



Read more

Kunci Meraih Kebahagiaan yang Hakiki





Khutbah Idul Fitri 1433 H

Kunci Meraih
Kebahagiaan yang Hakiki

الله أكبر الله أكبر الله أكبر  4 x
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لا إله إلا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله هو الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
إنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه.ُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شرَيِكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Di hari yang fitri ini, tak ada yang lebih indah untuk kita ucapkan selain kalimat takbir, tahmid dan tahlil. Untaian kalimat puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Bijaksana yang menganugerahi kita nikmat iman, Islam, dan ihsan. Dengan ketiga nikmat itulah, kita memiliki kekuatan untuk menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Ibadah yang berfungsi sebagai sarana pendidikan untuk mengasah spritualitas kita menjadi pribadi bertakwa. Pribadi yang menyadari hakikat dirinya sebagai hamba Tuhan, sekaligus menginsyafi tujuan penciptaannya di muka bumi sebagai khalifah.
إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ.
“Sungguh, Kami menjadikanmu khalifah di muka bumi. Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS Shaad [38]: 26)
Indikasi Keberhasilan Puasa
Kesadaran ini merupakan tanda keberhasilan kita menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. Puasa, tarawih, tahajjud, tadarus, zakat, dan sedekah, buka puasa bersama menyantuni fakir miskin dan anak yatim hakikatnya adalah media metamorfosa yang disediakan Allah untuk kita. Jika semuanya dijalankan dengan baik dan benar serta dan penuh penghayatan, maka pada hari ini kita akan menjadi sosok baru yang berbeda dari sebelumnya. Kita akan menjadi muslim sejati yang bersih dari noda dosa sebagaimana dilukiskan Rasulullah saw melalui sabdanya:
فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Orang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya akan terbebas dari dosa-dosanya seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)
Kesuksesan menjalankan ibadah puasa bukan terletak pada kekuatan menjauhi faktor yang membatalkannya sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Tapi harus tercermin dari sikap dan perilaku kita sebelas bulan berikutnya. Sejak hari ini sampai Ramadhan yang akan datang. Oleh sebab itu, mari jadikan hari kemenangan ini sebagai momentum perubahan. Pastikan niat untuk mengisi hari-hari di masa depan, dengan aktivitas multiguna yang bernilai ibadah. Kuatkan tekad untuk menghadirkan perubahan positif  bagi diri, keluarga, lingkungan dan masyarakat, demi tercapainya kebahagiaan dan kebersamaan dalam kehidupan.
Salawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. khatamul anbiya, sayyidul mursalin, imamul muttaqin wa qidul mujahidin. Nabi, pemimpin, sekaligus kepala negara yang disayangi kawan dan disegani lawan. Teladan ideal dalam mewujudukan kebahagiaan hidup yang hakiki dalam bingkai kehidupan yang berlandaskan al-Quran dan sunnah. Dialah kekasih Tuhan yang sukses mengubah bangsa Arab yang jahiliah menjadi madaniah, yang barbar menjadi penyabar, dan yang sektarian menjadi egalitarian.
Prestasi Rasulullah ini telah menginspirasi jutaan tokoh lain di dunia dalam melakukan perubahan dan menggerakkan pembaruan. Jadi, adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai umatnya, untuk menjadikan beliau sebagai rujukan utama dalam seluruh aspek kehidupan. Sifat, sikap, tindakan, dan ucapan kita sebisa mungkin selaras dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Karena hanya dengan begitu kita akan diakui sebagai umatnya, sehingga berhak mendapatkan syafaatnya pada hari Kiamat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.
Saudara-saudara kaum Muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah.

Tiga Kunci Meraih Kebahagiaan dan Keselamatan Haqiqi
Ada yang istimewa idil fitri kita pada tahun ini karena kita rayakan selang dua hari setelah hari proklamasi kemerdekaan RI.  Oleh karena itu, selaku khatib, saya mengajak kita semua untuk merenung sejenak, merefleksikan kemerdekaan negara kita yang telah diraih selama 67 tahun. Para pendahulu kita telah berjuang dan berkorban demi kehormatan bangsa Indonesia. Mereka telah ikhlas berjihad mengorbankan jiwa dan hartanya demi sebuah kemerdekaan, kemerdekaan lahir dan bathin.
            Setiap manusia menginginkan kemerdekaannya, termasuk merdeka dalam artian bebas melaksanakan perintah Allah tanpa ada yang menghalanginya. Setiap manusia juga mendambakan kebahagiaan, kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Doa yang selalu kita panjatkan setiap kali selesai shalat; "rabbana atina fiddunia hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar" merupakan wujud harapan yang senantiasa kita sandarkan kepada Allah yang Maha Pemilik dan Pemberi kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki. Untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan itu, ada tiga kuncinya;

Kunci pertama adalah TAQWA; mungkin ada yang bertanya ada apa dengan taqwa, kenapa setiap ibadah dan kesalehan kita selalu diarahkan untuk bertaqwa. Berpuasa pun kita lakukan agar supaya kita bertaqwa? Apa rahasianya?
Pertama, taqwa adalah solusi dan jalan keluar atas persoalan hidup, memperoleh rizki, bahkan rizki yang tidak terduga, memperoleh kemudahan dari kesulitan dan yang lebih membahagiakan adalah memperoleh ampunan dan ditutupinya dosa, Allah swt berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS Ath Thalaq [65]:2-3).

Kedua, dengan taqwa, seseorang mampu menjadikan hidupnya lebih mudah dan jauh dari kesulitan
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS Thalaq [65]:4).

Ketiga, dengan taqwanya, manusia menjadi yang paling mulia di hadapan Allah swt:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13).

 Keempat, taqwa adalah bekal kita menuju akhirat. Siapa yang tidak membawa bekal maka pastilah akan sengsara hidupnya
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya: Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. Q.S al-Baqarah: 197

Yang terpenting dari taqwa ini adalah memahami hakekatnya sehingga mampu tercipta dalam kehidupan keseharian kita. Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan bahwa Umar bin Khattab ra. bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa. Ubai bin Ka’ab menjawab: “Bukankah engkau pernah melewati jalan yang penuh duri?” “Ya”, jawab Umar “Apa yang engkau lakukan saat itu?” “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati”, “Itulah taqwa”.
Berpijak dari jawaban Ubai bin Ka’ab atas pertanyaan Umar bin Khattab, Sayyid Qutb dalam tafsir “Fi Zhilalil Qur’an” berkata; Taqwa adalah kepekaan bathin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan. Karena jalan kehidupan ini ditaburi dengan duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, harapan semu atasa segala sesuatu yang tidak bias diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas ditakuti…,
Apa yang digambarkan Sayyid Qutub di atas, dapat dipahami bahwa hakekat taqwa bukan hanya pada dimensi kesalehan individu kita, yang diraih dengan ibadah ritual seperti shalat, puasa, tetapi juga pada dimensi sosialnya seperti menjaga lisan untuk tidak menggibah saudara kita, menjaga diri untuk tidak mengganggu kenyamanan bertetangga, memiliki kepekaan hati untuk selalu membantu orang yang tidak mampu. Cukuplah kiranya, keutamaan dan pengaruh taqwa merupakan sumber kebahagiaan dan keselamatan diri dan masyarakat
Kunci Kedua ; saling sayang menyayangi dengan sesama. Di samping itu keindahan hidup juga bisa dilihat dan dirasakan bila kasih sayang antar sesama menjelma dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak, ada empat hal yang harus diwujudkan sebagai cermin dari saling sayang menyayangi antar sesama kita.
Pertama, saling menghormati sehingga tidak ada buruk sangka, tidak mengejek, dan tidak memanggil dengan panggilan yang buruk, tidak mencari aib atau kejelekan, serta tidak menggunjing, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujurat [49]:11-12).
Kedua, saling memberi maaf atas segala khilaf dan kesalahan.Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran al-afwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu di dalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam taraf "masih menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa makna memberi maaf kepada kesalahan orang lain ialah, engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut balas  atasnya atau meminta denda kepadanya.
Rasulullah saw pernah mengajari Uqbah, "bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu. Hal yang indah untuk  mengisahkan peristiwa ifq yang menimpa Aisyah r.a.,
Kunci ketiga untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan Tanggung jawab. Kehidupan yang baik akan terwujud manakala masing-masing orang, sebagai apapun dia dan di manapun berada dapat menunjukkan rasa tanggungjawab, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa. Karena itu, harus kita sadari bahwa banyak sebutan yang ada pada diri kita, dibalik itu ada kewajiban yang harus kita tunaikan, sebutan sebagai suami, istri, orang tua, anak, pengurus masjid hingga pemimpin dan pejabat pada setiap tingkatannya. Namun, yang amat kita sayangkan adalah banyak orang yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadi kekacauan dan kesengsaraan, padahal segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawaban, Allah SWT berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Isra [17]:36)
Dalam kehidupan pribadi dan keluarga, masing-masing orang bertanggung jawab hingga ke akhirat nanti, karenanya Allah swt menegaskan kepada kita agar jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka. Bahkan dalam konteks kepemimpinan, kita juga memahami bahwa Rasulullah saw pernah bersabda yang menyebutkan bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan itu. Karena itu, pemimpin yang bertaqwa kepada Allah swt amat kita butuhkan dalam hidup ini.
Dengan demikian, setiap kita harus berusaha untuk terus berjuang mengembangkan kehidupan yang baik dan penuh bahagia, meskipun kendala yang kita hadapi sangat besar.  Akhirnya mari kita tutup ibadah shalat Id kita hari ini dengan berdoa:
DOA
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.”
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.”
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.”
 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.”
Taqabbalah Allah minna wa minkum taqabbal ya karim
Read more