Kunci Meraih Kebahagiaan yang Hakiki
01.18
By
man3makassar
1 komentar
Khutbah
Idul Fitri 1433 H
Kunci Meraih
Kebahagiaan yang Hakiki
الله أكبر الله أكبر الله أكبر 4 x
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لا إله إلا
الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله هو
الله أكبر الله أكبر
و لله الحمد
إنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه.ُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شرَيِكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Di
hari yang fitri ini, tak ada yang lebih indah untuk kita ucapkan selain kalimat
takbir, tahmid dan tahlil. Untaian kalimat puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT, Tuhan Maha Bijaksana yang menganugerahi kita nikmat iman, Islam, dan
ihsan. Dengan ketiga nikmat itulah, kita memiliki kekuatan untuk menunaikan
ibadah puasa sebulan penuh. Ibadah yang berfungsi sebagai sarana pendidikan
untuk mengasah spritualitas kita menjadi pribadi bertakwa. Pribadi yang
menyadari hakikat dirinya sebagai hamba Tuhan, sekaligus menginsyafi tujuan
penciptaannya di muka bumi sebagai khalifah.
إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ
النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ.
“Sungguh,
Kami menjadikanmu khalifah di muka bumi. Maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.”
(QS Shaad [38]: 26)
Indikasi
Keberhasilan Puasa
Kesadaran
ini merupakan tanda keberhasilan kita menjalankan rangkaian ibadah di bulan
Ramadhan. Puasa, tarawih, tahajjud, tadarus, zakat, dan sedekah, buka puasa
bersama menyantuni fakir miskin dan anak yatim hakikatnya adalah media
metamorfosa yang disediakan Allah untuk kita. Jika semuanya dijalankan dengan
baik dan benar serta dan penuh penghayatan, maka pada hari ini kita akan
menjadi sosok baru yang berbeda dari sebelumnya. Kita akan menjadi muslim
sejati yang bersih dari noda dosa sebagaimana dilukiskan Rasulullah saw melalui
sabdanya:
فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Orang yang
berpuasa dan mendirikan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan pahala
dari Allah, niscaya akan terbebas dari dosa-dosanya seperti ketika dilahirkan
oleh ibunya.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)
Kesuksesan
menjalankan ibadah puasa bukan terletak pada kekuatan menjauhi faktor yang
membatalkannya sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Tapi harus
tercermin dari sikap dan perilaku kita sebelas bulan berikutnya. Sejak hari ini
sampai Ramadhan yang akan datang. Oleh sebab itu, mari jadikan hari kemenangan
ini sebagai momentum perubahan. Pastikan niat untuk mengisi hari-hari di masa
depan, dengan aktivitas multiguna yang bernilai ibadah. Kuatkan tekad untuk menghadirkan
perubahan positif bagi diri, keluarga,
lingkungan dan masyarakat, demi tercapainya kebahagiaan dan kebersamaan dalam
kehidupan.
Salawat
dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. khatamul anbiya, sayyidul
mursalin, imamul muttaqin wa qidul mujahidin. Nabi, pemimpin, sekaligus kepala
negara yang disayangi kawan dan disegani lawan. Teladan ideal dalam mewujudukan
kebahagiaan hidup yang hakiki dalam bingkai kehidupan yang berlandaskan
al-Quran dan sunnah. Dialah kekasih Tuhan yang sukses mengubah bangsa Arab yang
jahiliah menjadi madaniah, yang barbar menjadi penyabar, dan yang sektarian
menjadi egalitarian.
Prestasi
Rasulullah ini telah menginspirasi jutaan tokoh lain di dunia dalam melakukan
perubahan dan menggerakkan pembaruan. Jadi, adalah sebuah keharusan bagi kita
sebagai umatnya, untuk menjadikan beliau sebagai rujukan utama dalam seluruh
aspek kehidupan. Sifat, sikap, tindakan, dan ucapan kita sebisa mungkin selaras
dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Karena hanya dengan begitu kita akan
diakui sebagai umatnya, sehingga berhak mendapatkan syafaatnya pada hari
Kiamat.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.
Saudara-saudara
kaum Muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah.
Tiga
Kunci Meraih Kebahagiaan dan Keselamatan Haqiqi
Ada yang istimewa idil fitri kita pada tahun ini karena kita
rayakan selang dua hari setelah hari proklamasi kemerdekaan RI. Oleh karena itu, selaku khatib, saya mengajak
kita semua untuk merenung sejenak, merefleksikan kemerdekaan negara kita yang
telah diraih selama 67 tahun. Para pendahulu kita telah berjuang dan berkorban
demi kehormatan bangsa Indonesia. Mereka telah ikhlas berjihad mengorbankan
jiwa dan hartanya demi sebuah kemerdekaan, kemerdekaan lahir dan bathin.
Setiap
manusia menginginkan kemerdekaannya, termasuk merdeka dalam artian bebas
melaksanakan perintah Allah tanpa ada yang menghalanginya. Setiap manusia juga
mendambakan kebahagiaan, kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Doa yang
selalu kita panjatkan setiap kali selesai shalat; "rabbana atina fiddunia
hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar" merupakan wujud harapan
yang senantiasa kita sandarkan kepada Allah yang Maha Pemilik dan Pemberi
kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki. Untuk meraih kebahagiaan dan
keselamatan itu, ada tiga kuncinya;
Kunci
pertama adalah TAQWA;
mungkin ada yang bertanya ada apa dengan taqwa, kenapa setiap ibadah dan
kesalehan kita selalu diarahkan untuk bertaqwa. Berpuasa pun kita lakukan agar
supaya kita bertaqwa? Apa rahasianya?
Pertama, taqwa adalah solusi dan jalan
keluar atas persoalan hidup, memperoleh rizki, bahkan rizki yang tidak terduga,
memperoleh kemudahan dari kesulitan dan yang lebih membahagiakan adalah
memperoleh ampunan dan ditutupinya dosa, Allah swt berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya.” (QS Ath Thalaq [65]:2-3).
Kedua, dengan taqwa, seseorang mampu menjadikan hidupnya lebih
mudah dan jauh dari kesulitan
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertaqwa
kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
(QS Thalaq [65]:4).
Ketiga, dengan taqwanya, manusia menjadi yang paling mulia di
hadapan Allah swt:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu adalah orang
yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al Hujurat [49]:13).
Keempat,
taqwa adalah bekal kita menuju akhirat. Siapa yang tidak membawa bekal maka
pastilah akan sengsara hidupnya
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya:
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. Q.S al-Baqarah: 197
Yang terpenting dari taqwa ini
adalah memahami hakekatnya sehingga mampu tercipta dalam kehidupan
keseharian kita. Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan bahwa Umar bin
Khattab ra. bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa. Ubai bin Ka’ab
menjawab: “Bukankah engkau pernah melewati jalan yang penuh duri?” “Ya”, jawab
Umar “Apa yang engkau lakukan saat itu?” “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan
hati-hati”, “Itulah taqwa”.
Berpijak dari
jawaban Ubai bin Ka’ab atas pertanyaan Umar bin Khattab, Sayyid Qutb dalam
tafsir “Fi Zhilalil Qur’an” berkata; Taqwa adalah kepekaan bathin,
kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati
jangan sampai kena duri jalanan. Karena jalan kehidupan ini ditaburi dengan
duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan
keraguan, harapan semu atasa segala sesuatu yang tidak bias diharapkan.
Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas ditakuti…,
Apa yang
digambarkan Sayyid Qutub di atas, dapat dipahami bahwa hakekat taqwa bukan
hanya pada dimensi kesalehan individu kita, yang diraih dengan ibadah ritual
seperti shalat, puasa, tetapi juga pada dimensi sosialnya seperti menjaga lisan
untuk tidak menggibah saudara kita, menjaga diri untuk tidak mengganggu
kenyamanan bertetangga, memiliki kepekaan hati untuk selalu membantu orang yang
tidak mampu. Cukuplah kiranya, keutamaan dan pengaruh taqwa merupakan sumber kebahagiaan
dan keselamatan diri dan masyarakat
Kunci
Kedua ; saling sayang menyayangi dengan sesama. Di samping
itu keindahan hidup juga bisa dilihat dan dirasakan bila kasih sayang antar
sesama menjelma dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak, ada empat hal yang
harus diwujudkan sebagai cermin dari saling sayang menyayangi antar sesama
kita.
Pertama, saling menghormati sehingga tidak ada buruk sangka, tidak
mengejek, dan tidak memanggil dengan panggilan yang buruk, tidak mencari aib
atau kejelekan, serta tidak menggunjing, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ
مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ
وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ
لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا
تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ
لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ
رَحِيمٌ
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita
yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujurat [49]:11-12).
Kedua, saling memberi maaf atas segala khilaf dan
kesalahan.Kata maaf berasal dari bahasa
Al-Quran al-afwu yang berarti "menghapus" karena yang memaafkan
menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila
masih ada tersisa bekas luka itu di dalam hati, bila masih ada dendam yang
membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam taraf
"masih menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda
itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.
Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa makna memberi maaf kepada kesalahan orang lain
ialah, engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut balas atasnya atau meminta denda kepadanya.
Rasulullah saw
pernah mengajari Uqbah, "bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang
akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau
menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan
denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan
maafkanlah orang yang telah menzalimimu. Hal yang indah untuk mengisahkan peristiwa ifq yang menimpa Aisyah
r.a.,
Kunci
ketiga untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan Tanggung jawab. Kehidupan
yang baik akan terwujud manakala masing-masing orang, sebagai apapun dia dan di
manapun berada dapat menunjukkan rasa tanggungjawab, baik sebagai pribadi,
keluarga, masyarakat maupun bangsa. Karena itu, harus kita sadari bahwa banyak
sebutan yang ada pada diri kita, dibalik itu ada kewajiban yang harus kita
tunaikan, sebutan sebagai suami, istri, orang tua, anak, pengurus masjid hingga
pemimpin dan pejabat pada setiap tingkatannya. Namun, yang amat kita sayangkan
adalah banyak orang yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadi kekacauan dan
kesengsaraan, padahal segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawaban, Allah
SWT berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS Al Isra [17]:36)
Dalam
kehidupan pribadi dan keluarga, masing-masing orang bertanggung jawab hingga ke
akhirat nanti, karenanya Allah swt menegaskan kepada kita agar jaga dirimu dan
keluargamu dari api neraka. Bahkan dalam konteks kepemimpinan, kita juga
memahami bahwa Rasulullah saw pernah bersabda yang menyebutkan bahwa setiap
kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan
itu. Karena itu, pemimpin yang bertaqwa kepada Allah swt amat kita butuhkan
dalam hidup ini.
Dengan demikian, setiap kita harus berusaha untuk terus
berjuang mengembangkan kehidupan yang baik dan penuh bahagia, meskipun kendala
yang kita hadapi sangat besar. Akhirnya mari kita tutup ibadah shalat Id
kita hari ini dengan berdoa:
DOA
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ
لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا
وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya
Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki.
Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.”
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ
لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
“Ya
Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami.
Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami
sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.”
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ
خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا
تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى
دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama
kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan
musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia
ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya
Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.”
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Ya Allah,
anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.”
Taqabbalah Allah minna wa minkum taqabbal ya karim
Thank's infonya gan !!!
BalasHapuswww.kiostiket.com